Kamis, 13 November 2014

Bermohonlah dengan Sabar dan Sholat

Di suatu malam di Mesir, ada seorang  ibu janda tengah diuji Allah SWT dengan anaknya yang sakit keras dengan demam tinggi. Karena tidak punya uang untuk berobat, ibu itu hanya bisa merawat seadanya. Beliau cuma bisa mengompres dahi anaknya dengan kain basah untuk menurunkan demam anaknya.. Dia tidak tahu harus bagaimana lagi dan hanya bisa berdoa lirih mengharap semoga anaknya dapat sembuh.

Hingga akhirnya beliau teringat potongan ayat Al-Qur’an yang berbunyi “ya ayyuhal ladzina amanusta’inu bis shobri was sholah, innallaha ma’as shobirin” (QS. Al-Baqarah: 152). Terimani oleh ayat tersebut, beliau kemudian sholat dua rakaat-dua rakaat. Setiap selesai sholat, beliau ganti lagi kain kompresnya yang sudah kering karena begitu tinggi demam anaknya itu. Beliau basahi lagi untuk kemudian dikompreskan kembali ke dahi anaknya,  kemudian dia sholat dua rakaat lagi.. Begitu terus dia lakukan dengan sabar sambil memohon kesembuhan anaknya kepada Allah..

Hingga tiba-tiba satu setengah jam kemudian, pintu rumahnya diketuk seseorang. Setelah dibuka, ternyata datang seorang seorang dokter. Dokter tersebut tanpa banyak berkata langsung bertanya,”mana anak Ibu yang sakit?” Si ibu yang masih kaget itupun cuma menunjukkan anaknya yang sakit terkulai di kamar. Dokter itupun langsung menuju ke kamar, lalu memeriksa dan memberinya obat pertolongan pertama. Kemudian dokter itupun menuliskan resep.

Setelah itu, dokter tersebut memberikan resep kepada ibu tadi, “Bu, untuk malam ini, anak Ibu sudah saya beri obat penurun panas. Nah, buat menyembuhkan sakitnya, tolong obat yang saya tuliskan di resep ini besok dibelikan di apotek, ya..”

Ibu yang masih kaget terheran-heran tadi pun berkata, “maaf, Dok.. saya tidak punya uang buat beli obat. Bahkan buat Pak Dokter pun saya tidak punya. Dari tadi saya juga bingung, darimana Pak Dokter tahu kalo anak saya sedang sakit..”

Dokter itupun kaget, “Lho, bukannya satu setengah jam tadi Ibu yang menelpon saya kemari untuk memeriksa anak Ibu?”

“Saya tidak punya telepon, Dok..” jawab sang ibu semakin bingung.

Lalu dokter tadi mengambil catatan di sakunya. Setelah dibaca lagi, rupanya dia salah masuk rumah. Harusnya dia masuk rumah besar yang ada di depan rumah ibu tadi.

“Ya Allah, saya salah rumah rupanya..,” kata sang dokter. Setelah sejenak terdiam dan berpikir, dokter itupun  kembali berkata kepada sang Ibu, “Ini cukup aneh.. Mengapa saya sepertinya ‘dimampirkan’ Allah ke rumah Ibu, ya..? Pasti ada hal khusus yang Ibu lakukan sehingga  saya bisa ‘kesasar’ ke rumah Ibu.. Boleh saya tahu, Bu?” tanya dokter tadi ramah.

Lalu Ibu itupun mengatakan, “saya hanya melaksanakan shalat dua rakaat dan mengompres anak saya sejak satu setengah jam yang lalu .." Dokter itupun ikut terkesima dan menangis dengan ‘keajaiban’ yang terjadi malam itu.

Kisah itu memberi hikmah tentang bagaimana sikap yang harus kita lakukan sebagai orang beriman ketika menghadapi masalah.. Ketika kita merasa sendiri dan tidak tahu harus berbuat apa, maka mintalah pertolongan dari Allah dengan sabar dan sholat, sebagaimana pesan dalam QS. Al-Baqarah: 152..

Tentang ayat tersebut, para ulama ahli tafsir mengomentari bahwa yang dilakukan orang-orang beriman untuk mendapatkan pertolongan Allah cukup hanya dengan sabar dan sholat.. Itu saja!

Sabar di sini bukan berarti pasrah dan kemudian tidak melakukan sesuatu. Sabar yang benar adalah tetap melakukan upaya-upaya yang diridhai Allah SWT semampu kita dalam menghadapi masalah yang dihadapi (jika dalam kisah tadi, Ibu itu terus mengompres anaknya sambil berdoa) serta menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak diridhai Allah SWT (putus asa, berbuat maksiat, melanggar ketentuan agama, dsb).. Kemudian, sikap sabar tadi diiringi dengan sholat. Sholat di sini merupakan media atau instrumen bagi orang beriman untuk menyampaikan permohonan pertolongan kepada Allah SWT. Insya Allah, dengan sabar dan sholat, pertolongan Allah SWT akan datang dari arah yang tidak disangka-sangka..  Subhanallah..

(dinarasikan kembali dari kisah yang dituliskan Sdr. Muhammad Setiawan di facebook-nya yang berasal dari ceramah Ustadz Bachtiar Natsir)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar