Di suatu malam di
Mesir, ada seorang ibu janda tengah diuji
Allah SWT dengan anaknya yang sakit keras dengan demam tinggi. Karena tidak
punya uang untuk berobat, ibu itu hanya bisa merawat seadanya. Beliau cuma bisa
mengompres dahi anaknya dengan kain basah untuk menurunkan demam anaknya.. Dia tidak
tahu harus bagaimana lagi dan hanya bisa berdoa lirih mengharap semoga anaknya
dapat sembuh.
Hingga akhirnya beliau
teringat potongan ayat Al-Qur’an yang berbunyi “ya ayyuhal ladzina
amanusta’inu bis shobri was sholah, innallaha ma’as shobirin” (QS.
Al-Baqarah: 152). Terimani oleh ayat tersebut, beliau kemudian sholat dua
rakaat-dua rakaat. Setiap selesai sholat, beliau ganti lagi kain kompresnya yang
sudah kering karena begitu tinggi demam anaknya itu. Beliau basahi lagi untuk
kemudian dikompreskan kembali ke dahi anaknya, kemudian dia sholat dua rakaat lagi.. Begitu
terus dia lakukan dengan sabar sambil memohon kesembuhan anaknya kepada Allah..
Hingga tiba-tiba satu
setengah jam kemudian, pintu rumahnya diketuk seseorang. Setelah dibuka,
ternyata datang seorang seorang dokter. Dokter tersebut tanpa banyak berkata
langsung bertanya,”mana anak Ibu yang sakit?” Si ibu yang masih kaget itupun
cuma menunjukkan anaknya yang sakit terkulai di kamar. Dokter itupun langsung
menuju ke kamar, lalu memeriksa dan memberinya obat pertolongan pertama.
Kemudian dokter itupun menuliskan resep.
Setelah itu, dokter
tersebut memberikan resep kepada ibu tadi, “Bu, untuk malam ini, anak Ibu sudah
saya beri obat penurun panas. Nah, buat menyembuhkan sakitnya, tolong obat yang
saya tuliskan di resep ini besok dibelikan di apotek, ya..”
Ibu yang masih kaget
terheran-heran tadi pun berkata, “maaf, Dok.. saya tidak punya uang buat beli
obat. Bahkan buat Pak Dokter pun saya tidak punya. Dari tadi saya juga bingung,
darimana Pak Dokter tahu kalo anak saya sedang sakit..”
Dokter itupun kaget,
“Lho, bukannya satu setengah jam tadi Ibu yang menelpon saya kemari untuk
memeriksa anak Ibu?”
“Saya tidak punya
telepon, Dok..” jawab sang ibu semakin bingung.
Lalu dokter tadi
mengambil catatan di sakunya. Setelah dibaca lagi, rupanya dia salah masuk rumah. Harusnya dia masuk
rumah besar yang ada di depan rumah ibu tadi.
“Ya Allah, saya salah
rumah rupanya..,” kata sang dokter. Setelah sejenak terdiam dan berpikir,
dokter itupun kembali berkata kepada
sang Ibu, “Ini cukup aneh.. Mengapa saya sepertinya ‘dimampirkan’ Allah ke
rumah Ibu, ya..? Pasti ada hal khusus yang Ibu lakukan sehingga saya bisa ‘kesasar’ ke rumah Ibu.. Boleh saya
tahu, Bu?” tanya dokter tadi ramah.
Lalu Ibu itupun mengatakan, “saya hanya
melaksanakan shalat dua rakaat dan mengompres anak saya sejak satu setengah jam
yang lalu .."
Dokter itupun ikut terkesima dan menangis dengan ‘keajaiban’ yang terjadi malam
itu.
Kisah itu memberi
hikmah tentang bagaimana sikap yang harus kita lakukan sebagai orang beriman
ketika menghadapi masalah.. Ketika kita merasa sendiri dan tidak tahu harus
berbuat apa, maka mintalah pertolongan dari Allah dengan sabar dan sholat,
sebagaimana pesan dalam QS. Al-Baqarah: 152..
Tentang ayat tersebut,
para ulama ahli tafsir mengomentari bahwa yang dilakukan orang-orang beriman untuk
mendapatkan pertolongan Allah cukup hanya dengan sabar dan sholat.. Itu saja!
Sabar di sini bukan
berarti pasrah dan kemudian tidak melakukan sesuatu. Sabar yang benar adalah
tetap melakukan upaya-upaya yang diridhai Allah SWT semampu kita dalam
menghadapi masalah yang dihadapi (jika dalam kisah tadi, Ibu itu terus
mengompres anaknya sambil berdoa) serta menahan diri untuk tidak melakukan
hal-hal yang tidak diridhai Allah SWT (putus asa, berbuat maksiat, melanggar ketentuan
agama, dsb).. Kemudian, sikap sabar tadi diiringi dengan sholat. Sholat di sini
merupakan media atau instrumen bagi orang beriman untuk menyampaikan permohonan
pertolongan kepada Allah SWT. Insya Allah, dengan sabar dan sholat, pertolongan
Allah SWT akan datang dari arah yang tidak disangka-sangka.. Subhanallah..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar